Dewasa dalam berrelasi


Dewasa dalam berrelasi

Acara: doa pagi, 18/12/2017

Selamat pagi, saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan. Pagi ini saya diminta untuk menyampaikan tema: Dewasa dalam berrelasi.

Emmm, rasanya saya yang mesti banyak belajar dari Anda terutama yang lebih senior. :-)

Tidak banyak resep ces pleng untuk membangun hubungan yang dewasa. Namun, saya teringat satu lagu kuno: "Ajarilah kami, bahasa kasih-Mu."

Masih ingatkah? Ayo kita nyanyikan 1 bait saja.

Omong-omong tentang bahasa kasih, ada sebuah buku bagus karya Gary Chapman, judulnya 5 bahasa kasih. Buku ini tentunya ditujukan untuk pasangan yang menikah.

Resep pak Chapman secara sederhana adalah sbb.:
1. Kata-kata pendukung
2. Saat-saat mengesankan
3. Menerima hadiah-hadiah
4. Pelayanan
5. Sentuhan fisik
Meski 5 butir di atas tampak sederhana, itu seperti tindakan menyirami taman yang mesti dilakukan tiap hari agar taman kita tetap indah.

Berikut ini sebuah artikel nasihat sederhana yang saya kutip dari posting minggu lalu di sebuah grup:*

-------
ARTI SEBUAH PERNIKAHAN

Kalau diminta menasihati teman yang akan menikah, nasihat saya: bila menikah dengan tujuan "supaya saya bisa bahagia," lebih baik tidak usah menikah.  Kalau seseorang tidak bahagia ketika sendiri (lajang), jangan berharap ia akan bahagia ketika menikah.  

Surfer legendaris Laird Hamilton dan juara bola voli Gabrielle Reece telah menikah selama 20 tahun.  Kata Gabrielle, "Kita selalu bergurau, 'Kamu buat dirimu bahagia, dan aku buat diriku bahagia, lalu kita dapat berkumpul dan lakukan sesuatu dari situ.'" 
Menurut Gabrielle, bukan tugasnya untuk membuat suaminya bahagia, dan bukan tugas suaminya untuk membuatnya bahagia, itu tidak realistis. 

Banyak orang menikah berpikir bahwa pernikahan adalah sebuah kotak yang penuh hadiah-hadiah indah yang mereka inginkan: romantisme, persahabatan, keintiman, dll.

Kotak kosong
Tetapi sebenarnya, pernikahan mirip sebuah kotak yang kosong, Anda harus menaruh sesuatu di sana sebelum Anda bisa mengambil sesuatu dari kotak itu. 

Tidak ada persahabatan dalam pernikahan, kalau Anda tidak menaruhnya di dalam kotak itu. 

Tidak ada romantisme dalam kotak, kalau Anda tidak memulainya.

Tidak ada cinta yang penuh pengorbanan kalau bukan Anda yang menaruhnya terlebih dahulu. 

Kalau Anda mengambil lebih dari yang Anda taruh, maka kotak akan kosong.

Pernikahan itu mahal, bukan karena  membayar cincin dan pesta pernikahan, tetapi karena harga yang harus dibayar adalah diri Anda sendiri: kenyamanan Anda, ego Anda,
hak-hak Anda, dll.

Anda harus mengampuni ketika dilukai.
Melayani ketika kelelahan. 
Menebar kasih ketika sebenarnya ingin marah.
Mendengarkan ketika sebenarnya ingin tidur. 

Pernikahan adalah tentang memberi dan berkorban. 

Kalau Anda menikah dengan tujuan untuk membahagiakan diri, maka dijamin Anda akan kecewa.  Tetapi ketika Anda berani berkorban, maka Anda akan menuai cinta sejati  dan hubungan yang berarti.

PERNIKAHAN MENGAJARKAN TENTANG *"TIDAK MEMENTINGKAN DIRI"*,
LEBIH DARI YANG ANDA INGIN KETAHUI.

*Marriage teaches you more about selflessness than you ever wanted to know*

-------

Komentar saya:

Kalau boleh sedikit memberikan komentar terhadap artikel bagus di atas: nasihat itu juga berguna dalam membangun persahabatan, hubungan dengan ortu atau mertua, hubungan dengan pemerintah, dan juga dengan atasan di kantor.
Anggaplah hubungan itu sebagai kotak kosong, dan Anda tidak dapat mengambil kecuali Anda mulai dengan memberi.

Jika mau diringkas lagi, pesan itu disebut The Golden Rule *Aturan Emas*, dan hal ini dijabarkan dengan baik dalam bukunya Dale Carnegie, Anda ingin banyak kawan?

Aturan Emas itu diajarkan oleh Yesus Kristus:

Matius 7:12
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Jadi, menurut Yesus, Aturan Emas itulah yang merupakan intisari Alkitab.

Memang ada juga kalimat yang mirip dengan itu, misalnya oleh Konfusius, tapi dalam versi negatif.

Jika mau dihubungkan dengan nasionalisme, kalimat di atas dirumuskan ulang oleh JFK sbb: "Jangan tanyakan apa yang dapat diberikan negaramu kepadamu, tetapi tanyakanlah apa yang dapat kamu berikan untuk negaramu."

Jika kita mau mencari suatu panduan untuk hidup bergereja, agaknya kalimat JFK di atas dapat kita sitir menjadi:

"Jangan tanyakan apa yang dapat diberikan Tuhan dan gerejamu kepadamu, tetapi tanyakanlah apa yang dapat kamu berikan untuk Tuhan dan gerejamu.

Itulah kunci dalam menjalin hubungan yang dewasa dengan Tuhan, sesama, dan juga dalam pernikahan. Kiranya renungan ini dapat berguna bagi kita semua.


Versi 1.0: 17 november 2017, pk. 23:12
VC

Referensi:
(1) Dale Carnegie. Apakah Anda ingin banyak kawan?
(2) Gary Chapman, 5 bahasa kasih.

Catatan:
*artikel ini dikutip dari posting sebuah grup wa minggu lalu, saat pernikahan Kahiyang dan Bobby.

------
Dikirim dari ponsel cerdas Samsung Galaxy saya.

Komentar

Postingan Populer